Arini, seorang pegawai kantoran di Jakarta yang setiap hari menggunakan KRL untuk berangkat dan pulang kerja, suatu pagi menemukan sebuah buku catatan tergeletak di salah satu bangku. Karena terburu-buru, ia baru menyadari keberadaan buku itu saat sudah tiba di kantor. Setelah dibuka, Arini terkejut mendapati isinya adalah tulisan tangan seorang pria yang sangat pribadi, berisi tentang kegelisahan, harapan, dan kerinduan akan cinta. Gaya penulisannya begitu menyentuh dan jujur hingga Arini merasa ada koneksi emosional dengan sosok anonim ini. Ia bertekad untuk mengembalikan buku catatan itu kepada pemiliknya.
Dalam usahanya mencari sang pemilik, Arini bercerita kepada sahabatnya, Sinta, yang cenderung lebih pragmatis dan menyarankan Arini untuk menyerah saja. Namun, Arini tidak putus asa. Suatu hari, saat menempelkan pengumuman kehilangan di stasiun KRL, ia bertemu dengan Revan, seorang pria ramah yang juga sering menggunakan KRL. Revan tertarik dengan cerita Arini dan menawarkan bantuan untuk mencari pemilik buku catatan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Arini dan Revan semakin dekat. Mereka sering berbagi cerita, tertawa bersama, dan tanpa disadari, benih-benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Namun, di sisi lain, Arini masih terus dihantui oleh sosok penulis buku catatan misterius itu. Ia merasa seolah mengenal hatinya, meskipun belum pernah bertatap muka. Perasaannya terbagi antara Revan yang nyata di hadapannya, dan sosok ideal yang ia bayangkan melalui tulisan di buku catatan.
Pencarian Arini membawa mereka ke berbagai tempat di Jakarta, mengikuti petunjuk-petunjuk samar yang tertulis di dalam buku. Hingga suatu hari, mereka menemukan sebuah komunitas pecinta puisi yang sering berkumpul di sebuah kafe di kawasan Blok M. Di sana, Arini bertemu dengan seorang pria paruh baya bernama Pak Surya, yang ternyata adalah pemilik buku catatan itu.
Dukung kami klik disini
Dengan hati-hati, Arini mengembalikan buku catatan tersebut. Pak Surya tampak terkejut dan kemudian menjelaskan bahwa buku itu adalah catatan pribadinya di masa lalu, berisi ungkapan hati yang ia tulis saat sedang berjuang dengan berbagai masalah hidup. Ia bahkan menceritakan tentang seorang sahabat karibnya bernama Dika, seorang penulis muda berbakat yang sangat terinspirasi oleh tulisan-tulisan di buku itu. Pak Surya kemudian mengungkapkan sebuah fakta yang mengejutkan: Dika telah meninggal dunia beberapa tahun lalu karena depresi. Buku catatan itu dulunya ia berikan kepada Dika sebagai penyemangat.
Arini terkejut dan merasa terpukul. Sosok penulis yang selama ini ia kagumi ternyata telah tiada. Ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu terpaku pada pencarian dan idealisasi sosok anonim itu, hingga hampir mengabaikan keindahan hubungan yang sedang tumbuh di depannya bersama Revan.
Dengan kesedihan dan pencerahan, Arini menyadari bahwa hidup adalah tentang menghargai momen kini dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Ia mengucapkan terima kasih kepada Pak Surya dan berpamitan. Di luar kafe, Revan sudah menunggunya. Arini menatap Revan dengan tatapan yang berbeda. Ia menggenggam tangannya erat, menyadari bahwa kebahagiaan yang sebenarnya ada di dekatnya, dalam sosok Revan yang selama ini setia menemaninya. Mereka berdua kemudian berjalan menjauhi hiruk pikuk kota, memulai babak baru dalam kisah cinta mereka.
Ide Cerita Gratis untuk anda, Semoga bermanfaat.
0 Komentar